Selasa, 23 Juni 2015

Matahari Terbit Dan Tenggelam Di Atas Bumi Datar



Terlalu lama yakin bahwa bumi berbentuk bulat membuat kita sulit membayangkan bahwa bumi sebenarnya datar. Apalagi jika dikaitkan dengan fenomena terjadinya siang dan malam, bagaimana matahari tampak terbit dari bawah permukaan bumi di bagian timur, hingga tenggelam / masuk kembali ke dalam horizon bumi bagian barat. Namun apabila kita tahu bagaimana model yang tepat mengenai bumi datar beserta proses peredaran matahari dan bulan memutari bumi, maka akan terasa lebih masuk akal bahwa bumi memang datar (walau tidak rata).

Ya, matahari, bulan, bintang, dan benda-benda langit lainnya lah yang memutari bumi, bukan efek dari rotasi bumi. Bumi tidak berrotasi, sudah fix statis. Bumi lah pusat alam semesta ini. Silahkan amati alam di sekitar kita dan jujur pada diri-sendiri bahwa tidak ada satupun dari panca indra kita yang mengindikasikan bumi berbentuk bulat dan berrotasi dengan kecepatan 1.669,97 Km/jam (di negara kita), sambil mengelilingi matahari dengan kecepatan 107.826 Km/jam, sambil bersama matahari bergerak mengelilingi galaksi bima sakti dengan kecepatan 804.672 Km/jam, sambil bersama matahari dan galaksi bima sakti bergerak memutari alam semesta dengan kecepatan 1.078.260.480 Km/jam!. Kecepatan fantastis yang diklaim NASA dan astronomi modern.

Dalam artikel ini admin tidak akan membahas lebih jauh seluk beluk teori bumi datar lalu membandingkannya dengan teori bumi bulat / heliosentris / astronomi modern. Mengenai hal tersebut insyaAllah akan dibahas di artikerl-artikel berikutnya. Sesuai dengan judul artikel, maka fokus artikel ini ada pada bagaimana peredaran matahari dalam teori bumi datar. Lebih jelasnya silahkan lihat video berdurasi kurang lebih 5 menit di bawah ini. Enjoy :-)


Minggu, 14 Juni 2015

Kapal dan Garis Horizon



Sejak sekolah dasar kita sudah di”didik” bahwa bumi berbentuk bulat. Salah satu “bukti” bahwa bumi bulat adalah saat kita berada di pantai menyaksikan kapal yang bergerak menjauh dari pantai semakin lama semakin terlihat tenggelam, dimulai dari bagian bawah kapal hingga ujung tiang / layar sebagai bagian terakhir yang bisa kita lihat sebelum akhirnya kapal menghilang total dari pandangan.


Sebagai siswa yang baik dan rajin kita menerima fakta itu begitu saja tanpa ada riset sendiri mencoba membuktikan. Pada kenyataannya dengan hanya  menggunakan mata telanjang mengamati obyek seperti kapal yang sedang menjauh dari pantai, efek “kapal tenggelam” itu tidak ada. Yang kita lihat adalah semakin jauh obyek / kapal maka pandangan semakin buram / blur hingga kapal benar-benar tidak terlihat total. Hal ini disebabkan karena atmosfir / udara tidak benar-benar jernih / clear. Atmosfir yang kita tinggali punya kerapatan / konsentrasi (dan polusi) yang menyebabkan buyarnya cahaya yang masuk ke mata kita.


Berbeda halnya jika digunakan alat bantu seperti high-powered binoculars / telescope / camera dengan kemampuan zoom yang mumpuni, maka kita sedikit terbantu bisa melihat obyek kapal sejauh belasan kilometer (di luar jangkauan mata telanjang). Lebih jelasnya silahkan lihat video di bawah ini.


Perhatikan bahwa di detik ke 24 ada keterangan obyek sejauh 13000m (13Km). Anda bisa menghitung sendiri berapa meter seharusnya obyek kapal tenggelam atau tertutup lengkungan bumi dengan rumus sagitta menginput jarak obyek sebagai panjang busur dan jari-jari bumi (sesuai teori / data resmi). :-)